Allah Maha Adil

Lukas 19:1-10, Habakuk 1-2

Allah maha adil. Itu adalah kebenaran yang harus kita imani sebagai orang percaya. Dalam kasih dan kuasa-Nya Allah menyatakan keadilan-Nya di bumi. Pada akhirnya segala sesuatu akan dibawa ke hadapan pengadilan Allah yang terakhir. Sebagai orang percaya kita dipanggil untuk menjadi alat bagi keadilan Allah, sebagai pemberita dan pelaku.

Yang menjadi persoalan bagi kita adalah, dunia ini tidak adil. Nabi Habakuk berseru kepada Allah mengenai ketidakadilan dunia ini. Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: “Penindasan!” tetapi tidak Kautolong? (Habakuk 1:2 ITB).

Jika kita membuka data mengenai kehidupan di dunia ini, dengan mudah kita dapat menemukan gambaran ketidakadilan itu. Coba lihat data mengenai KEMISKINAN DUNIA.

Setengah dari penduduk dunia (3 milyar) hidup dengan Rp 36rb per hari. Lebih dari 1,3 milyar hidup dalam kemiskinan ekstrim dengan penghasilan kurang dari Rp 20rb/hari. Dibutuhkan USD 60 M setiap tahun untuk mengatasi kemiskinan ekstrim global, dan jumlah itu hanyalah kurang dari penghasilan 100 orang terkaya di dunia.

Kemudian lihatlah data tentang PENDIDIKAN GLOBAL. Di seluruh dunia 59 juta anak usia sekolah dasar tidak mendapat akses pendidikan dan 65 juta tidak dapat melanjutkan ke sekolah tingkat atas. 1/3 dari negara-negara di dunia tidak memiliki guru yang cukup cakap untuk mengajar, sehingga ada 130 juta anak sekolah yang tidak belajar apa-apa.

Ketidakadilan sosial, kalau kita tidak mau menyebutnya ketimpangan, ada dan nyata di dunia ini. Dan keadaan itu tidak akan menjadi lebih baik, bahkan cenderung memburuk, padahal dunia semakin menjadi canggih dan modern dengan teknologi yang terus maju. Lalu apa yang menjadi masalah di sini?

Orang Percaya Harus Melakukan Sesuatu

Hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik. (Habakuk 1:4 ITB). Masalahnya adalah orang-orang percaya tidak berani berdiri dan menyatakan kebenaran serta memperjuangkan keadilan.

Di zaman nabi Habakuk orang fasik mengepung orang benar. Di zaman kita pun hal seperti itu terasa dan nyata. Akan tetapi, itu bukan berarti orang benar harus menyerah untuk melakukan kebenaran. Kebenaran tetap kebenaran meskipun tidak populer. Keadilan tetaplah kehendak Allah meskipun tidak disukai dunia.

Kita menyaksikan dan mungkin juga mengalami sendiri, ketika keadilan diperjuangkan, maka kita akan menghadapi kesulitan. Dipinggirkan ketika kita berbuat adil. Disingkirkan justru ketika kita menegakkan kebenaran. Berbuat kebaikan dengan tulus, namun justru itu membuat kita tidak disukai orang-orang.

Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku. (Habakuk 2:1 ITB). Nabi Habakuk tidak menyerah dengan keadaan itu. Dia berseru, bersyafaat kepada TUHAN dan menantikan TUHAN bertindak.

TUHAN menjawab Habakuk dan menegaskan bahwa keadilan-NYa akan tiba. Mungkin waktunya tidak persis seperti yang dibayangkan, namun keadilan TUHAN pasti tiba. Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh. (Habakuk 2:2-3 ITB).

Di Lukas 19:1-10, Yesus menegaskan keadilan Allah yang mencari jiwa-jiwa yang terhilang seperti Zakeus, seorang kepala pemungut cukai. Sebagai pengikut Kristus, kita harus meneladaninya. Kita dipanggil untuk melawan ketidakadilan dunia, dan ini yang kita harus lakukan.

  • Menaikkan syafaat bagi yang tertindas, terabaikan, terhilang.
  • Mengenakan kuasa firman Tuhan dan kuasa Roh Kudus
  • Melangkah menjangkau yang tertindas, terabaikan, terhilang dengan kasih Kristus
  • Menghasilkan buah-buah kebenaran.

Tuhan, Allah maha adil, pasti menolong kita! Dia sumber kekuatan kita!

Leave a Reply

Your email address will not be published.