Kita semua merindukan kesatuan dan kekompakan, namun kita semua juga menyadari dan merasakan betapa sulitnya menyatukan insan-insan yang berbeda menjadi sehati sepikir.
Satu contoh yang paling mengganggu saya di Indonesia adalah budaya “hari kejepit”. “Hari kejepit” sangat jelas menggambarkan mental berlibur.
Soal sabar atau tidak bukanlah hanya sekedar masalah sifat pribadi. Namun, kita harus mempelajari kesabaran untuk meraih kesuksesan di tengah dunia maupun dalam TUHAN.
Sayang sekali, sistem pendidikan sekarang tidak mengarahkan anak TK untuk mengekspresikan emosi atau ide kreatifnya melalui kreasi-kreasi atau dalam permainan. Anak-anak yang masih kecil itu malah didikte dengan cara ditekan agar bisa membaca dan berhitung.
Perumpamaan Yesus tentang penabur yang menuai di ladang yang berbeda-beda ini selalu menarik buat saya. Ketika menyiapkan diri untuk menyampaikan firman ini saya menemukan sebuah rahasia yang baru lagi, dan itu membuat saya menjadi sangat bersemangat hari ini.
Manusia diciptakan untuk menyembah Allah dan beribadah kepada Allah. Satu hal yang sangat menarik dari penciptaan Allah adalah manusia diciptakan pada hari keenam, dan hari pertama yang disambut manusia sesudah ia diciptakan adalah hari Sabat. Itu artinya agar manusia memulai hidup dengan beribadah kepada Allah.
Sering sekali aku mendengar orang mengeluh melihat dunia yang penuh bencana, kemiskinan, penyakit, perang, bencana alam dan sebagainya. Banyak orang menjadi korban dari bencana itu. Ketika Yesus ditanyakan, akibat dosa siapa si buta sejak lahir itu, Yesus menjawab bukan karena dosa siapa-siapa, tetapi karena pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
Sebuah puisi oleh Anna Lee, merenungkan kembali keintiman persekutuan dengan Abba, Bapa