Bayi Dalam Palungan

Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan. (Lukas 2:12).

Bayi dalam palungan. Ketika mendengarkan kata “Natal”, gambar apakah yang pertama kali muncul di benak Anda? Ada yang mungkin akan menjawab “pohon terang”, atau “sinterklas”, atau macam-macam jawaban yang lain. Satu gambar yang harusnya muncul di benak kita semua adalah gambar “bayi di dalam palungan”.

Ketika malaikat memberitahu para gembala di padang Effata tentang juruselamat yang telah lahir (Lukas 2), tanda yang diberikan kepada para gembala adalah “bayi yang dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan”. Hari itu di Betlehem mungkin bukan hanya bayi Yesus yang dilahirkan, namun bayi juruselamat itu adalah bayi yang dibungkus dengan kain gembel dan diletakkan di dalam tempat makan ternak.

Kasih Allah dan Ketidakpedulian Manusia

Natal adalah cerita bayi yang dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam tempat minum hewan. Itu adalah cerita Firman yang menjadi manusia, datang ke tengah umat-Nya namun umat-Nya tidak mengenali Dia (Yohanes 1:11).

Kasih Allah yang demikian besar bertubrukan dengan ketidakpedulian manusia yang begitu mengerikan. Tidak mempedulikan seorang perempuan yang hampir bersalin, yang baru saja menempuh perjalanan jauh. Kasih Allah yang begitu besar kepada manusia yang tega membiarkan seorang perempuan bersalin di kandang ternak. Itulah sesungguhnya cerita di hari Natal.

Merayakan Natal adalah menceritakan kembali cerita itu. Itu artinya merayakan Natal adalah mengucap syukur kepada kasih Allah yang begitu besar dan memohon ampunan untuk ketidakpedulian manusia yang begitu mengerikan. Merayakan Natal adalah menyadari betapa kita manusia sesungguhnya tidak layak untuk menerima kasih Allah yang demikian besar itu. Merayakan Natal adalah menyatakan puja dan hormat kita kepada Allah yang kasih-Nya sungguh besar dan tak terselami dengan akal budi kita yang sempit ini.

Natal sebenarnya tidak pantas dirayakan dengan pesta pora. Hari itu lebih cocok dirayakan dengan tangisan haru di hadapan bayi yang dibungkus kain lampin dan terbaring di dalam palungan itu. Itu juga harus menjadi momentum penghayatan terhadap kasih yang demikian besar itu. Dengan Natal, kita semua menjadi manusia yang diubahkan oleh kasih-Nya.

Bukalah hati kita bagi sesama di hari Natal, dan buka pintu rumah kita juga. (Baca: Ketika Yesus datang ke rumah kami.)

Aku rindu bersekutu dengan-Mu selalu!

Leave a Reply

Your email address will not be published.