Tujuan Manusia Diciptakan
Manusia diciptakan untuk menyembah dan beribadah kepada Allah. Satu hal yang sangat menarik dari penciptaan Allah adalah manusia diciptakan pada hari keenam, dan hari pertama yang disambut manusia sesudah ia diciptakan adalah hari Sabat. Itu artinya agar manusia memulai hidup dengan beribadah kepada Allah. Sejak penciptaan sampai sekarang, ibadah atau kebaktian kepada Allah selalu diadakan, meskipun bentuk dan tata acara setiap zaman berbeda-beda.
Dengan cara apakah Anda mempersiapkan kebaktian hari ini? Dengan hati apakah Anda datang ke dalam kebaktian hari ini? Bertahun-tahun saya menegaskan tentang pentingnya ibadah Minggu di dalam karya kita. Namun, kenyataannya kebaktian kita masih jauh dari ibadah yang berkenan kepada Allah. Ketika saya membaca firman Yesaya 1:11-13, hati saya begitu terkoyak dengan kesedihan. Jangan-jangan inilah firman yang TUHAN mau sampaikan kepada kita.
Sistem Persembahan
Allah menciptakan sistem persembahan korban dan dengan cara itulah umat Allah di zaman perjanjian lama beribadah kepada Allah. Namun Allah mengatakah Dia jemu dan tidak menyukai korban yang dipersembahkan oleh umat-Nya.
Tidak setiap persembahan yang kita berikan kepada Allah bisa diterima oleh Allah dan menyenangkan bagi Allah. Oleh karena itu, kita harus memahami tentang kebaktian/ibadah yang benar dan harus mengadakannya dengan benar di hadapan Allah. Kalau tidak, ibadah kita sama seperti persembahan Kain yang tidak diindahkan oleh Allah. (Lihat kisah Kain dan Habel di Kejadian 4:1-7.)
20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.? 21 Kata Yesus kepadanya: ?Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. 22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. 23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.? (Yohanes 4:20-24)
Ketika Yesus berbicara dengan perempuan Samaria dan perempuan Samaria bertanya kepada Yesus di mana tempat ibadah yang benar, Yesus mengajarkan cara menyembah Allah yang benar.
Menyembah Allah dalam roh dan kebenaran
Apa artinya kita menyembah Allah dalam roh dan kebenaran? Yang menyembah Allah dari diri kita adalah roh kita. Bila roh kita menyembah Allah Roh Kudus akan meresponi kita dengan hadirat-Nya. Tentang menyembah dalam roh, saya tidak berpendapat bahwa itu artinya harus dalam bahasa roh. Yang dicari oleh Allah dari manusia adalah hati. Bila kita menyembah Allah dengan segenap hati, di situ Roh Kudus hadir dan menjamah para penyembah.
Lalu apa artinya menyembah dalam kebenaran?
a. Menyembah dalam kebenaran memiliki makna bahwa kita bertemu dengan Allah melalui firman. Oleh karena itu, khotbah yang disampaikan hari Minggu sangat penting. Melalui firman itu kita mendengar suara TUHAN, dan bertemu dengan Allah yang hadir melalui firman-Nya.
b. Menyembah dalam kebenaran memiliki makna bahwa hidup kita berdasarkan firman TUHAN. Contoh penyembahan yang tidak diindahkan oleh Allah adalah Kain. Mengapa ALLAH tidak mengindahkan korban Kain? Itu bukan karena Allah tidak suka persembahan dari biji-bijian. Tetapi, kehidupan Kain tidak sesuai firman Allah. Penyembahan adalah perpanjangan dari hidup kita, dan hidup kita adalah penyembahan itu sendiri. Tanpa hidup yang berkenan kepada Allah tidak ada penyembahan sejati.
Mezbah Nuh
Sebagai kisah yang menggambarkan kebaktian, saya memilih kisah Nuh yang mendirikan mezbah bagi Allah sesudah dia keluar dari bahtera. (Lihat Kejadian 8:20-22)
Apa yang Nuh rasakan sesudah dia menyaksikan kebinasaan total atas bumi ini? Mengapa sesudah keluar dari bahtera dia mendirikan mezbah bagi TUHAN terlebih dahulu?
Orang-orang yang patut dibinasakan, orang-orang yang telah binasa kalau bukan anugerah Allah, itulah Nuh dan keluarganya, dan kita semua. Karena Nuh menyadari hal itu secara mendalam, Nuh tidak bisa memulai hidupnya tanpa terlebih dahulu menyembah Allah yang telah memberi anugerah keselamatan kepadanya.
Bagaimana dengan kita? Apakah Anda masih mempunyai rasa harus atas keselamatan yang anda peroleh? Atau itu sudah menjadi cerita usang bagi Anda? Bila kita melupakan bahwa kita patut dibinasakan, tetapi Allah menyelamatkan kita secara cuma-cuma melalui kematian Anak-Nya, kita tidak akan bisa mengadakan kebaktian yang indah dengan ucapan syukur dan penyembahan dari lubuk hati kita. Kebaktian Minggu adalah kumpulan orang-orang berdosa yang patut dibinasakan, tetapi diselamatkan oleh Allah secara cuma-cuma, sehingga mereka berkumpul untuk bersyukur dan memuji Allah.
Tujuan ibadah adalah bertemu dengan TUHAN
Apakah anda bertemu dengan TUHAN dalam kebaktian hari ini? Bila Allah menjamah dan menyatakan kehadiran-Nya kepada Anda, kebaktian hari ini tidak sia-sia bagi Anda. Artinya Allah menerima ibadah yang Anda persembahkan kepada Allah. Lalu bagaimana kita bisa membuat kebaktian yang dihadiri oleh Allah dan bisa bertemu dengan Allah dalam kebaktian?
Banyak orang mengkritik worship leader (pemimpin ibadah) dan pembicara setelah selesai mengikuti sebuah kebaktian. Itu karena pikiran bahwa kebaktian bergantung pada persiapan para pelayan ibadah. Namun, dalam satu kebaktian ada orang yang bertemu dengan TUHAN, dan juga ada orang yang tidak bertemu dengan TUHAN. Soal kita bisa bertemu dengan TUHAN atau tidak tak bergantung pada worship leader ataupun pembicara hari itu. Memang mereka juga berperan penting dalam kebaktian, tetapi yang lebih menentukan adalah seberapa hati kita merindukan Allah melalui kebaktian itu.
Hari ini, saya tidak mau TUHAN sedih, atau bahkan payah menanggung ibadah yang kita lakukan. Mari kita memeriksa hati kita dengan jujur. Sudahkah kita datang kepada-Nya hari ini di dalam roh dan kebenaran? Sudahkah kita mencari Dia dengan segenap hati kita, untuk mempersembahkan syukur yang keluar dari lubuk hati kita yang terdalam? Mari, TUHAN memberikan waktu-Nya untuk menyambut kita hari ini, dan mari kita jangan mengecewakan Dia.
Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita.
“Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya.” (1 Tawarikh 28:9)