Hari ini PJ pulang dari TK dengan wajah murung. Seperti ada awan hitam di wajah PJ yang biasanya rame dan periang. Bahkan di matanya jelas kelihatan kalau dia baru saja menangis. Setelah beberapa saat, dia lalu bicara: “Ma, Aku mau pindah planet aja. Di sekolah semuanya marah-marah sama aku. Aku mau pindah planet.”
PJ yang duduk di bangku TK besar rupanya tertekan karena terus dipaksa untuk bisa lancar membaca. Ah, bagi orang tua lain mungkin ini sesuatu yang biasa, tetapi aku dan suamiku sama sekali tidak merasa penting bahwa dia bisa membaca sewaktu TK. Bagi kami masa-masa di TK adalah masa untuk mengembangkan otak kreatifnya dengan berbagai macam kreasi yang dilakukan, dan juga untuk mengembangkan emosi? serta belajar sosialisasi sambil bermain dalam kelompok yang sebaya dengannya.
Sistem Pendidikan
Sayang sekali, sistem pendidikan sekarang tidak mengarahkan anak TK untuk mengekspresikan emosi atau ide kreatifnya melalui kreasi-kreasi atau dalam permainan. Anak-anak yang masih kecil itu malah didikte dengan cara ditekan agar bisa membaca dan berhitung. Sekali lagi bagi orang tua lain mungkin ini malah sesuatu yang wajar, karena banyak SD ternama yang menyeleksi murid barunya melalui ujian tertulis (!). Akibatnya para guru TK juga mau tidak mau harus mendidik anak-anak untuk bisa membaca, karena banyak orang tua berharap anak-anaknya bisa diterima di SD ternama.
Teman-teman PJ sepulang dari TK tidak langsung pulang ke rumah, tetapi langsung pergi mengikuti kursus-kursus, entah itu kursus calistung (membaca-menulis-berhitung), kursus bahasa Inggris, bahasa Mandarin, dan sebagainya.
Aku membayangkan, kalau anak-anak sejak TK sudah ditekan dengan berbagai kursus, nantinya mereka akan jadi apa? Dengan cara pendidikan yang mendikte sejak TK seperti itu, apakah mereka sanggup bersaing dalam persaingan ketat di zaman globalisasi ini? Anak-anak yang dididik seperti itu sulit untuk mempunyai ide-ide kreatif untuk memecahkan masalah ataupun untuk mengembangkan sesuatu.
Aku pernah mendengar bahwa orang-orang Asia sulit mengikuti kuliah di Eropa atau di Amerika karena mereka tidak bisa mengembangkan pikiran dan pendapat mereka sendiri. Orang-orang Asia dilatih untuk pintar menghafal dan meniru, tetapi tidak dididik untuk memiliki pikiran yang berbeda ataupun yang kreatif.
Anak-anak mau pindah ke planet lain? Aku tertawa mendengar keluhan PJ. Namun, di balik tawaku, aku merasa sedih dengan keadaan pendidikan di sini. Bagaimana caranya untuk menolong anak-anak yang bosan dan jenuh dengan dunia pendidikan yang penuh tekanan ini?