Suatu hari anakku menghafalkan ayat dari Amsal 16:32 sambil mandi. Menurut dia ibunya kurang sabar sewaktu memandikan dia. Dia maunya bermain-main sambil mandi, sedangkan aku mau cepat-cepat memandikan dia agar bisa mengerjakan hal lain.
“Orang sabar melebihi seorang pahlawan. Mengapa begitu?”
Dalam hatiku timbul pertanyaan seperti itu. Aku termasuk orang yang sangat kurang sabar. Seperti orang Korea yang selalu mengucapkan “cepat, cepat!”, aku juga sering mendesak suami dan anakku yang suka berlambat-lambat (mereka menyebutnya “santai”). Sifat kurang sabar ini sering menimbulkan tekanan bagiku, sehingga kadang sakit maag ku kumat karenanya.
Namun, ketika aku menyelidiki tentang kehidupan orang-orang sukses, aku menyadari bahwa kesabaran adalah salah satu kunci kesuksesan dalam hidup. Aku bertemu banyak orang dan harus menghadapi berbagai macam sifat mereka. Dan ketika aku memperhatikan dengan seksama, aku menemukan fakta bahwa orang yang tidak sabar susah sekali berhasil dalam pekerjaannya. Orang yang tidak sabar cenderung mengharapkan hasil yang instan/cepat, padahal sering kali kesuksesan membutuhkan waktu yang lama.
Misalkan, seorang pedagang. Seorang pedagang yang tidak sabar akan cepat gulung tikar. Sifatnya yang kurang sabar membuat dia berharap keuntungan diraih dalam waktu singkat. Kenyataannya, untuk mendapat pelanggan tetap, seorang pedagang butuh waktu yang cukup lama.
Pandangan Jarak Pendek
Mereka yang kurang sabar ini biasanya mempunyai apa yang saya sebut pandangan jarak pendek. Mereka tidak tahu kalau mereka harus menginvestasikan waktu dan tenaga mereka untuk kesuksesan yang lebih besar yang akan diraih dalam waktu panjang.
Soal sabar atau tidak bukanlah hanya sekedar masalah sifat pribadi. Namun, kita harus mempelajari kesabaran untuk meraih kesuksesan di tengah dunia maupun dalam dunia TUHAN. Joyce Meyer pernah menulis dalam buku kecilnya bahwa seorang percaya yang mau dipakai Tuhan harus belajar menunggu waktu TUHAN. Dia mengatakan banyak orang percaya tidak bisa dipakai oleh TUHAN karena mereka tidak sanggup menunggu sampai waktu TUHAN tiba.
Bagaimana dengan kita? Jika hal kesabaran bisa menentukan kita bisa dipakai oleh TUHAN atau tidak, bukankah kita harus belajar kesabaran sebagai pelajaran wajib bagi kita?
Belajarlah percaya kepada Allah. Jangan andalkan hikmat sendiri. Percayalah bahwa Allah sedang mengerjakan semuanya dengan baik. Dia tidak pernah gagal untuk melakukan bagian-Nya. Tidak ada seorangpun yang sempurna sehingga kita bisa bergantung atau menaruh harapan sepenuhnya padanya. Oleh karena itu taruhlah harapan dan kepercayaan kepada Allah. Sabarlah ketika keadaan tidak berjalan seperti yang kita inginkan. Allah mengetahui segalanya dan Dia mengatur segalanya sesuai rencana-Nya. Dia tidak pernah gagal memimpin kita bila kita mempercayakan hidup kita kepada-Nya.
Kesabaran adalah bentuk lain dari kepercayaan terhadap Allah. Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota (Amsal 16:32-TB)