Kesatuan hati, kekompakan, adalah kualitas yang dirindukan oleh setiap komunitas, termasuk juga gereja. Sejak zaman gereja mula-mula, kerinduan agar orang percaya sehati sepikir pun telah ada. Yesus bahkan secara khusus mendoakan agar murid-muridNya bersatu, sebagai saksi-Nya di tengah dunia ini (Yoh 17:21-22). Di dalam firman yang kita renungkan hari ini juga, Rasul Paulus menasehati jemaat di Filipus untuk sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan.
Kita semua merindukan kesatuan dan kekompakan, namun kita semua juga menyadari dan merasakan betapa sulitnya menyatukan insan-insan yang berbeda menjadi sehati sepikir. Oleh karena itu, penting untuk menyimak nasehat Rasul Paulus ini. Dia menyebutkan bahwa untuk bisa demikian, hal yang pertama harus diperhatikan adalah: tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (Fil 2:3-4).
Kepentingan (atau motivasi) adalah hal yang pasti dipunyai setiap orang. Setiap orang datang ke gereja karena ada kepentingan tertentu. Untuk menjadi sehati sepikir, setiap kepentingan harus dibuka, dijadikan transparan. Dengan setiap orang terbuka akan kepentingannya, setiap orang dapat saling belajar dan saling menjadi berkat.
Kepentingan harus dilepaskan
Setiap orang percaya adalah anak Allah (Yoh 1:12), karena itu semua kepentingan yang bertentangan dengan jatidiri itu harus dilepaskan. Pujian yang berarti bagi kita hanyalah yang dari Allah, bukan yang dari manusia. Sebagai anak-anak Allah, kita semua berharga dan utama di mata Allah, karena itu terhadap satu sama lain kita tidak iri, dengki, atau bersaing, malahan saling merendahkan diri dan saling melayani.
Teladan utama kita untuk sehati sepikir dengan rendah hati adalah Yesus (Fil 2:5-8). Buah dari kerendahan hati Yesus adalah kemuliaan. Dia dianugerahkan nama di atas segala nama (Fil 2:9-11). Oleh karena itu, mari sehati sepikir sebagai anak-anak Allah, saling melayani untuk kemuliaan Allah Bapa, yang pada waktunya nanti akan menghargai setiap pelayanan kita dengan setimpal. Haleluya!