Kenaikan Yesus Kristus adalah suatu paradoks yang menarik. Oleh karena itu, saya kira berharga bagi kita untuk merenungkannya dengan mendalam.
Bagi murid-murid Yesus, kenaikan Yesus ke Surga adalah kehilangan yang besar. Murid-murid Yesus mengalami roller coaster emosi yang begitu dahsyat selama hampir 1,5 bulan, yang dimulai dari penangkapan Yesus di Taman Getsemane. Hukuman mati yang begitu cepat dan kengerian salib yang diderita oleh Yesus, begitu menghancurkan hati murid-murid.
Namun kesedihan mereka kemudian berganti sukacita besar ketika setelah tiga hari mereka mendapati kubur Yesus sudah kosong. Kuasa maut dipatahkan, Yesus bangkit dan hidup. Selama 40 hari Yesus menemui murid-murid, baik dalam kelompok besar, kelompok yang lebih kecil, bahkan secara pribadi, seperti terhadap Maria Magdalena.
Akan tetapi, Yesus kemudian di hadapan mata sekitar 500 orang, terangkat ke surga, tertutup awan, dan tidak dapat ditemui lagi secara fisik. Saya sukar membayangkan seperti apa emosi murid-murid, apa yang mereka rasakan ketika itu.
Untuk memahami apa yang saya sebut paradoks tadi, kita harus kembali ke Yohanes 14:1-2. “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.”
Apa yang akan terjadi ketika Yesus tidak bersama mereka
Murid-murid mengikuti Yesus karena mereka percaya akan kerajaan Allah yang Yesus janjikan kepada mereka. Yesus telah bersama murid-murid selama 3,5 tahun, dan murid-murid telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Yesus. Oleh karena itu, wajar jika mereka gelisah dan cemas tentang nasib mereka jika Yesus tidak lagi bersama mereka.
Keberadaan Yesus secara fisik adalah jaminan kehidupan bagi mereka. Bersama Yesus mereka menyaksikan kuasa Allah yang luar biasa. Mujizat kesembuhan, bahkan kebangkitan orang mati mereka saksikan, bahkan alami sendiri ketika mereka diutus berdua-dua oleh Yesus ke seluruh Israel. Mereka juga menyaksikan dan mengalami kuasa-kuasa setan dikalahkan. Bukan hanya secara rohani, secara jasmani pun mereka terhibur ketika melihat Yesus dengan berani mengecam para pemuka agama yang munafik dan korup. Bersama Yesus mereka dengan bangga ikut terlibat membela mereka yang terpinggirkan, terabaikan, dan tertindas.
Dengan Yesus ada di tengah mereka, rasanya tidak ada yang mustahil untuk dilakukan. Oleh karena itu, mereka tidak ragu meninggalkan pekerjaan, usaha, bahkan keluarga mereka demi Yesus. Dengan Yesus ada di tengah mereka, mereka tidak takut akan apapun. Apapun yang Yesus suruh mereka kerjakan, dan ke manapun mereka harus pergi, mereka siap.
Yesus ditangkap, dan Dia tidak melawan. Yesus diadili dengan tidak adil, dan Dia diam saja. Ketika Yesus disiksa dan disalibkan, dan mati, semesta seolah runtuh di atas kepala murid-murid. Apa yang telah terjadi? Bagaimana dengan kerajaan yang dijanjikan Yesus kepada mereka? Begitu banyak pertanyaan berkecamuk di kepala mereka, dan menghasilkan kegamangan yang tiada tara.
Yesus Bangkit. Dia Tidak Mati
Akan tetapi, Yesus bangkit. Dia tidak mati begitu saja tetapi bangkit dan hidup. Yesus lalu menata kembali emosi murid-murid yang galau. Dia bertanya kepada Maria Magdalena, “Ibu, mengapa Engkau menangis?” dan menyatakan dirinya kepadanya dengan memanggil namanya (Yoh 20:13-16). Dia menguatkan hati Tomas yang menuntut bukti fisik kebangkitannya, dengan mengizinkan Tomas menyentuh tubuh kebangkitannya (Yoh 20:26-28). Dia memulihkan Petrus dari rasa bersalah karena tiga kali menyangkal Tuhannya, dengan tiga kali bertanya, “Apakah engkau mengasihi aku?” (Yoh 21:1-17).
Keberadaan Yesus adalah segala-galanya bagi murid-murid. Dia harus hadir secara fisik bagi mereka. Namun, Yesus tidak selama-lamanya akan hadir secara fisik bagi mereka. Tugasnya di bumi telah selesai, dan dia harus kembali kepada Bapa. Akan tetapi, dia pergi bukan berarti dia tidak hadir.
Inilah paradoks itu. Kenaikan Yesus berarti dia pergi meninggalkan murid-murid, namun itu tidak berarti Yesus tidak hadir bersama mereka. Yesus tidak lagi dapat dilihat dengan mata kepala mereka, namun itu tidak berarti bahwa mereka tidak bisa menyaksikan dia. Telinga murid-murid tidak bisa lagi mendengar dia, namun itu tidak berarti mereka tidak bisa belajar dari dia. Yesus sudah pergi, namun dia ada untuk selama-lamanya, karena dia tidak mati, tetapi hidup.
Janji Kerajaan Kekal itu Nyata
Kerajaan kekal yang dijanjikannya? Itu menjadi lebih nyata justru setelah dia pergi, karena dia pergi untuk memastikan bahwa tersedia tempat di sana bagi setiap muridnya.
Dia berkata kepada mereka, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.” (Yoh 14:6-7)
Apa artinya ini semua bagi kita? Jika kita adalah murid-murid Yesus, kita tentu memiliki pengharapan akan kerajaan kekal itu. Jika kita adalah murid-murid Yesus kita tentuk menyaksikan Yesus, belajar dari dia, dan mengikuti teladannya.
Dalam hidup kita di dunia ini, ketika kita percaya dan menjadi murid Yesus, kita bersama dengan Yesus. Bersama dengan Yesus membawa konsekuensi, yaitu pengharapan kita tidak lagi pada dunia ini, tetapi pada apa yang Yesus siapkan bagi kita dalam kerajaannya yang kekal.
Dunia Bukan Rumah Kita
Dunia ini bukan rumah kita, karena Yesus tidak tinggal di dunia ini. Rumah kita adalah di mana Yesus hadir secara fisik. Oleh karena itu, jangan galau dengan apa yang kita harus lepaskan di dunia yang fana ini.
Kenaikan Yesus sudah terjadi. Kita masih ada di dunia ini, bersama roh kudus. Roh kudus adalah penolong yang ada selama-lamanya bersama kita. Oleh karena itu, lihatlah ladang yang sudah menguning di dunia ini. Lakukanlah pekerjaan yang baik yang telah Allah persiapkan bagi kita. Kerjakan tugas kita, dengan mengharapkan upah yang kekal di kerajaan Yesus yang abadi.
Yesus sudah naik ke surga, namun dia hadir bersama kita. Dalam apapun pergumulan, tantangan, kesesakan yang kita hadapi, jangan lupakan paradoks ini. Dia tidak ada, namun Dia bersama kita, karena Tuhan Yesus kita tidak mati. Dia hidup selama-lamanya. Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. (Yoh 11:25-26)
Video ibadah bisa dilihat di sini