Malam Ini Malam Natal

Malam ini malam Natal. Tadinya kami merencanakan untuk berdoa bersama mensyukuri kasih karunia Allah yang mau datang ke tengah dunia untuk bersama-sama dengan manusia yang lemah, hina, bejat dan nista seperti kami. Setelah itu kami mau membagi sedikit hadiah untuk para “mantan anak jalanan” yang tinggal bersama kami.

Akan tetapi sore harinya, beberapa mahasiswa  perwakilan sebuah gereja yang mencanangkan diri sebagai mega-church di Yogya, datang ke rumah. Mereka meminta bantuan untuk memandu mereka membagi-bagikan makanan kepada anak-anak jalanan di malam Natal ini. Wah, ada ratusan kotak makanan untuk dibagikan. Pekerjaan yang mulia, namun merepotkan jika tanpa persiapan dan mendadak seperti ini.

Bagaimanapun juga, kami selalu siap membantu. Dengan tulus tanpa pamrih (sungguh!), aku dan beberapa rekan menemani. Walaupun harus merelakan anakku kecewa berat karena ditinggal di rumah di malam istimewa ini, kami mengarungi jalanan Yogya di malam hari yang berangin ini. Sampai semua kotak terbagi, kami berkeliling hingga tengah malam.

Akhirnya selesai sudah. Terima kasih untuk niat yang mulia, kebaikan hati yang merelakan uang sebanyak itu. Malam ini anak-anak itu makan enak sampai kenyang (karena banyak yang mengambil lebih dari 1 kotak), tapi besok mereka akan lapar lagi, kepanasan lagi, dikejar-kejar Satpol PP lagi. Ketika itu, mereka butuh lebih dari hanya beberapa kotak nasi.

Bersyukur

Malam ini malam Natal. Karena itu aku sepatutnya bersyukur. Bersyukur karena masih ada yang mau memberi hadiah cuma-cuma sebanyak itu. Aku bersyukur, Tuhan. Hadiah cuma-cuma yang Kau berikan kepadaku adalah diri-Mu yang mau datang untuk duduk bersamaku ketika aku kesepian, menemaniku ketika aku berjalan sendirian, menghiburku ketika aku sakit panas, dan bermain bola bersamaku di waktu senggang kita. Aku bersyukur karena Kau mau datang, menjadi sama denganku, dan bersama-sama denganku.

Malam ini malam Natal. Aku mau menjadi sama dengan-Mu, bersama-sama dengan-Mu, menemani mereka yang kesepian, sendirian, sakit panas, dan tidak punya teman, sekalipun itu berarti aku harus terbaring di dalam palung bersama ternak-ternak di kandang…

Terimalah syukur dan sembahku, Imanuel.

— Puisi Natal “Ketika Cinta Menjadi Manusia” di Youtube