Kita tidak ditakdirkan untuk menjadi “sukses, makmur, atau besar.” Rasul Paulus mengatakan kita ditakdirkan menjadi orang-orang yang mencintai.
Kesombongan adalah bagaikan semak duri di taman hati kita. Semak duri tidak menghasilkan buah dan jika dibiarkan tumbuh, ia akan menutupi dan merusakkan tanaman yang baik
Semua orang Kristen mempunyai sebuah cerita, sebuah kesaksian untuk diberitakan. Setiap kita memiliki akses kepada cerita agung karya TUHAN di dalam Kristus. Kita semua harus meneruskan cerita itu.
Ini adalah salah satu perikop yang cukup populer bagi orang Kristen. Meskipun demikian, perikop ini juga adalah salah satu perikop yang paling banyak disalahpahami.
Antitesis dari self-righteousness adalah kasih karunia. Kasih karunia adalah berkat Allah bagi mereka yang sadar dirinya kecil, kurang, dan lemah.
Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. (1 Kor 15:10 ITB)
Iman Kristen bukanlah sebuah mitos, tradisi, atau khayalan. Kekristenan adalah anugerah Allah.
This is how God showed his love among us: He sent his one and only Son into the world that we might live through him. (1 John 4:9 NIV)
Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. (Ibrani 12:11)
Kita dipinggirkan justru ketika kita berbuat adil. Kita disingkirkan justru ketika kita menegakkan kebenaran.
Akan tetapi, tahukah anda bahwa bagaimana kita mengenal seseorang akan terlihat dari bagaimana kita memperlakukannya? Seperti apa kita menghormati/respek kepada seseorang akan terlihat dari bagaimana kita menyambut dia.
Paulus mengingatkan kepada kita melalui suratnya kepada jemaat di Roma, untuk selalu sadar siapa kita di hadapan Allah. Kita bisa hidup seperti saat ini, dalam kasih karunia, adalah karena kemurahan hati Allah yang mencangkokkan kita, pohon zaitun liar, kepada pohon zaitan sejati.