Rasa Aman Sejati

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Matius 11:28)

Kita bisa panjang lebar membahas tentang rasa aman, sense of security ini, karena dalam setiap tahap kehidupan manusia, manusia membutuhkan rasa aman ini. Oleh karena itu manusia pun kemudian berusaha untuk mewujudkan rasa aman itu. Dengan segenap kekuatannya, manusia berjuang dan berusaha keras, untuk mewujudkan sebuah kehidupan yang aman, tenteram, dan terjamin.

Kemudian manusia pun memberikan apresiasi, penghargaan yang tinggi kepada mereka yang kelihatannya bisa mewujudkan kehidupan yang tenteram terjamin itu. Akan tetapi, selain mereka yang kelihatannya berhasil, ada banyak juga yang kemudian jatuh ke dalam keputusasaan, karena tidak kunjung berhasil mewujudkan kehidupan yang tenteram terjamin seperti itu.

Kebutuhan akan rasa aman ini membuat manusia mencari Tuhan, sehingga kemudian ada banyak sekali agama di dunia ini. Manusia berusaha keras untuk mendapatkan rasa aman itu dengan mengikatkan dirinya pada peraturan-peraturan dan larangan-larangan. Agar Tuhan menerima dan memberikan jaminan akan hidup yang kekal, manusia juga memberikan persembahan-persembahan, dalam wujud yang bermacam-macam. Di zaman purba manusia memberikan persembahan berupa binatang yang disembelih, di zaman mutakhir sekarang ini, manusia memberikan sumbangan dalam bentuk uang.

Ketika Yesus datang ke dunia ini, dia melihat manusia yang bergumul untuk memperoleh rasa aman itu. Kehidupan keagamaan di Israel didominasi oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang menekankan kesalehan yang kelihatan secaranyata. Orang Farisi menekankan pentingnya menjaga peraturan kekudusan hari Sabat dengan tidak boleh melakukan pekerjaan apapun di hari itu. Mereka juga berpuasa secara rutin, memberikan persepuluhan dari semua yang mereka peroleh, dan mengajarkan kebiasaan untuk membasuh tangan dan kaki sebagai bentuk kesalehan di hadapan Allah.

Kehidupan Keagamaan yang Membuat Manusia Tertekan

Kehidupan keagamaan yang seperti ini membuat umat di Israel menjadi begitu tertekan, letih lesu dan berbeban berat. Yesus mengecam dengan keras orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat ini. Mereka mengajarkan kesalehan yang tampak dari luar, padahal di dalam hati mereka ada banyak sekali kejahatan.

Hasil yang paling nyata dari usaha untuk memperoleh rasa aman adalah kegagalan. Jaminan bagi jiwa, jaminan akan kehidupan kekal, dengan kekuatan manusia sendiri, tidak dapat diraih. Kegagalan itu terkadang ditutupi dengan kemunafikan. Manusia melakukan kebenaran agamawi di kulit luarnya saja, seperti yang Yesus katakan tentang orang-orang Farisi. Kegagalan itu juga membawa rasa bersalah, rasa gagal, dan keputusasaan yang mendalam.

Di Yohanes 3 kita juga bisa menemukan cerita seorang pemuka agama di Israel. Ada seorang Farisi bernama Nikodemus, yang meluangkan waktu di malam hari untuk mendatangi Yesus dan berbicara dengannya mengenai keselamatan jiwanya. Untuk memperoleh semua itu, Yesus mengatakan yang perlu kita lakukan hanyalah PERCAYA dan DATANG kepadanya. Dia tidak memberikan syarat yang lain selain syarat itu, PERCAYA dan DATANG.

Sebenarnya kata “syarat” pun tidak terlalu tepat. Kita menerimanya bukan dengan usaha kerja keras kita. Kita hanya tinggal membuka tangan, membuka hati, dan menerima. Apa pun situasi hidup Anda atau karier Anda, semua yang Anda butuhkan adalah Tuhan berada bersama Anda. Berkat Anda tidak tergantung di perusahaan atau situasi Anda.

Kemakmuran Anda tidak tergantung pada hal-hal yang dapat berubah. Semua itu tergantung pada pribadi Yesus yang tidak berubah, yang selalu sama baik kemarin, hari ini dan selamanya!

Perhentian Telah Tersedia

Pesan saya sebenarnya sederhana. 9 Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. 10 Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya. 11 Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga. (Ibrani 4:9-11)

Perhentian itu telah tersedia bagi kita. Perhentian itu berarti kita berhenti berusaha meraih kelegaan dengan kekuatan kita sendiri. Masuk ke dalam perhentian itu, juga bukan dengan usaha dan kerja keras kita, tetapi dengan percaya kepada karya Kristus yang telah mati dan bangkit bagi kita karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini.

Tuhan adalah Dia yang menyediakan, dan di dalam Tuhan adalah Kesembuhan. Kita tidak bisa memperoleh jaminan akan soal penghidupan kita juga, kalau kita tidak berada di dalam Tuhan. Kita bisa berada di dalam Tuhan, bukan dengan usaha atau kerja keras kita, melainkan karena kasih karunia Allah. (Efesus 2:8: itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah).

Akhirnya, sambutlah panggilan Yesus untuk masuk ke dalam kelegaan itu. Jangan melihat persoalan dan masalah yang begitu besar seperti raksasa-raksasa yang akan menelan kita, seperti yang dikatakan oleh 10 pengintai Israel di Kanaan. Lihatlah kepada Tuhan, yang telah menyerahkan raksasa-raksasa itu di tangan kita untuk kita taklukkan. Pandanglah kepada Tuhan yang menyediakan semua yang kita perlukan, yang adalah kesembuhan dan kemenangan kita.

Keselamatan jiwa anda terjamin oleh karena kasih karunia. Demikian juga persoalan finansial anda, di dalam Tuhan ada providensia, penyediaannya yang ajaib. Jika anda sakit, mari datanglah kepada Tuhan, kesembuhan anda itu. Sambutlah Dia di dalam hati anda sekarang juga, dan oleh kasih karunia-Nya, semua rasa aman dan jaminan untuk hidup anda telah tersedia.

Blessed Assurance, Jesus is mine!

Leave a Reply

Your email address will not be published.