Tabera adalah sebuah peristiwa yang terjadi dalam perjalanan Eksodus bangsa Israel. Peristiwa Eksodus bangsa Israel adalah anugerah TUHAN yang luar biasa. Bani Yakub hidup di bawah penindasan Firaun di Mesir sejak kematian Yusuf (Keluaran 1), dan TUHAN memanggil Musa untuk membebaskan mereka dan membawa mereka ke tanah perjanjian. Untuk membuat Firaun melepaskan bangsa Israel, TUHAN menjatuhkan sepuluh tulah yang mengerikan ke atas negeri Mesir.
Setelah bangsa Israel keluar dari Mesir, TUHAN memimpin mereka dengan tiang awan dan tiang api selama perjalanan di padang gurun. Mereka mengalami mujizat Laut Merah yang terbelah dua ketika mereka dikejar oleh balentara Firaun. TUHAN memberi mereka makan di padang gurun dengan memberikan manna setiap hari.
Penyertaan TUHAN Sempurna
Penyertaan yang demikian sempurna sewajarnya membuat bangsa yang baru lepas dari perbudakan itu penuh dengan sukacita dan syukur selama perjalanan. Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Bangsa Israel begitu mudah bersungut-sungut, berkeluh kesah setiap kali mereka mengalami sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Sebuah peristiwa yang sukar untuk dilupakan adalah peristiwa yang terjadi di Tabera, padang gurun Paran.
Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut di hadapan TUHAN tentang nasib buruk mereka, dan ketika TUHAN mendengarnya bangkitlah murka-Nya, kemudian menyalalah api TUHAN di antara mereka dan merajalela di tepi tempat perkemahan. (Bilangan 11:1 TB).
Bangsa Israel mengeluh tentang “nasib buruk” mereka. Bukankah ini luar biasa? Jika kita melihat apa yang TUHAN sudah lakukan bagi mereka sehingga mereka bisa keluar dari Mesir dan berjalan sejauh itu, kita sama sekali tidak akan berpikir bahwa apa yang mereka alami itu adalah “nasib buruk”. Justru bangsa Mesir yang tertimpa musibah besar oleh karena bangsa Israel. Bangsa Mesir kehilangan semua anak sulung, manusia maupun hewan, gara-gara bangsa Israel. Perekonomian Mesir hancur oleh karena bencana demi bencana yang terjadi. Bahkan militer mereka pun musnah di dasar Laut Merah karena mencoba untuk menangkap kembali bangsa Israel.
Sesungguhnya nikmat dari TUHAN yang begitu besar telah dialami oleh bangsa Israel. Begitupun, mereka masih bersungut-sungut. Oleh karena itu, TUHAN murka, dan murka TUHAN begitu besar sampai api menyala dan merajalela di perkemahan mereka. Tempat itu pun mereka namai Tabera, untuk mengingat bahwa api murka TUHAN pernah menyala di tengah mereka.
Api Murka yang Membawa Pertobatan
Mengenang api murka TUHAN, harusnya membawa pertobatan bagi bangsa Israel, namun coba lihat apa yang mereka lakukan sesudah itu? Orang Israel mengeluh mengenai makanan yang TUHAN berikan kepada mereka setiap hari.
“Siapakah yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat.” (Bilangan 11:4-6 TB).
TUHAN lalu mendatangkan lautan burung puyuh ke perkemahan mereka. Akan tetapi, semua orang yang rakus akan makanan, dipukul TUHAN dengan tulah yang besar.
Manusia suka membuat monumen atau tugu peringatan. Biarlah Tabera menjadi monumen atau tugu peringatan bagi kita agar kita tidak seperti bangsa Israel. Perjalanan iman memang bisa membawa pergumulan, kesukaran, bahkan kesesakan. Akan tetapi, selama kita menjalaninya bersama dengan TUHAN, kita pasti aman.
TUHAN melindungi kita dengan tiang awan di waktu siang dan tiang api di waktu malam. TUHAN mencukupi makanan kita dengan manna dari langit setiap hari. Oleh karena itu, buanglah semua sungut-sungut dan keluh kesah dari mulut kita.
Jika ada yang kita butuhkan, mintalah kepada Allah kita, Bapa yang sempurna. Kita bisa meminta dengan berseru-seru namun jangan sampai keluar kata-kata sungut atau keluh kesah. Bersungut-sungut artinya tidak percaya, dan Tabera, api murka TUHAN, menyala terhadap mereka yang tidak percaya dan tidak bersyukur. Rasul Paulus mengatakan “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:6-7 TB).
Haleluya!