Kisah Membangun Menara Babel di kitab Kejadian diletakkan di antara informasi tentang silsilah Nuh dan keturunannya. Mereka yang selamat setia kepada Allah dan diselamatkan di dalam bahtera. Alkitab menggambarkan silsilah keluarga Nuh secara rinci. Namun, silsilah itu diselingi dengan kisah Menara Babel. Setelah kisah Menara Babel, Alkitab kembali menceritakan tentang silsilah. Pada pasal berikutnya, TUHAN berkata kepada Abram, “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.”
Rasanya aneh bahwa TUHAN menyuruh umat-Nya meninggalkan tanah yang baru mereka diami. Mereka telah bertahan melewati air bah. Sekarang mereka disuruh pergi. Mereka baru saja menancapkan tiang-tiang mereka. Mengapa TUHAN ingin mereka pergi begitu cepat?
Kisah Menara Babel menjawab pertanyaan tersebut. Ini adalah komunitas yang semuanya berbicara dalam bahasa yang sama. Mereka adalah kelompok yang sangat nyaman di mana semua orang saling berhubungan. Namun, sayangnya, kenyamanan mereka membuat mereka menjadi terlalu bangga, terlalu mementingkan diri sendiri, dan terlalu mirip satu sama lain. Merasa puas dengan diri sendiri, mereka melanjutkan dengan membangun menara “untuk membuat nama bagi mereka sendiri.”
Menara tersebut membuat TUHAN marah karena menara itu melambangkan kebanggaan, eksklusivitas, dan isolasi. Dengan mendirikan menara itu, mereka tidak memenuhi tujuan TUHAN bagi mereka untuk memenuhi bumi. Sebaliknya, mereka membuat dunia eksklusuf mereka sendiri. Karena terobsesi dengan menara itu, mereka tidak dapat melangkah keluar dalam iman. Akibatnya, TUHAN mengacaukan bahasa mereka. Sejak saat itu, mereka tidak lagi dapat saling memahami.
Menara adalah Berhala
Bagi TUHAN, menara itu adalah suatu berhala. Tidak ada yang salah dengan usaha untuk mencapai langit. Itu bukanlah intinya. Menara itu menyakiti TUHAN karena tidak pernah berbicara dengan TUHAN tentang hal itu. Inilah orang-orang yang telah bertahan dari air bah, namun mereka telah melupakan siapa yang menyelamatkan mereka dari air bah itu.
Jika mereka membangun menara untuk kemuliaan TUHAN, TUHAN pasti senang. Tetapi, ini adalah struktur yang tidak ada hubungannya dengan TUHAN. Ini melambangkan kesombongan umat manusia bahwa mereka tidak membutuhkan TUHAN.
Membangun menara tidak baik untuk jiwa. Jiwa kita membutuhkan hubungan, keterbukaan untuk pertumbuhan. Kita perlu berbicara dalam banyak bahasa, bukan hanya satu.
Keturunan Nuh yang pindah ke Sinear terobsesi dengan membangun menara itu. Semua upaya, sumber daya, dan energi mereka habis untuk menara yang mereka bangun sebagai monumen bagi diri mereka sendiri.
Mungkin kita tidak sedang membangun menara, tetapi kita membangun kerajaan. Masyarakat kita adalah masyarakat yang mengumpulkan dan mengonsumsi segala macam materi. Kita juga sensitif soal wilayah kekuasaan dan pengaruh. Menara yang kita bangun berbentuk tembok, ruang, dan gudang penyimpanan. Ini kiasan, bukan harfiah. Dengan kata lain, kita membangun tembok dengan menolak kesempatan untuk mengenal orang di sekitar kita. Kita memerlukan lebih banyak ruang untuk menjaga jarak dengan orang lain. Kita menyimpan sumber daya untuk memberikan rasa aman bagi diri kita.
Membangun menara mencegah kita untuk melangkah keluar, mengambil risiko, atau keluar dari zona kenyamanan kita. Alih-alih hidup dalam iman, kita hidup dalam ketakutan; takut untuk bertemu dengan orang baru, menolak peluang yang memperluas wawasan kita, dan hidup dalam dunia kecil yang telah kita ciptakan, sehingga kita bahkan melupakan Sang Pencipta.
Membangun Jiwa
Jenny Lind dikenal sebagai “Swedish Nightingale.” Dia adalah penyanyi opera yang sangat sukses. Dia menjadi sangat kaya, seorang seniman sejati di bidangnya. Tetapi, di puncak kariernya, dia meninggalkan panggung tanpa pernah kembali. Orang bertanya-tanya mengapa dia meninggalkan ketenaran dan kekayaan tersebut. Tetapi Lind meninggalkan semuanya dan pindah ke sebuah rumah kecil di tepi laut. Suatu hari seorang teman menemukannya di pantai. Dia sedang membaca Alkitab dan melihat matahari terbenam. “Bagaimana mungkin kamu meninggalkan panggung pada puncak kesuksesanmu?” tanya temannya.
Jenny menjawab, “Ketika setiap hari membuatku semakin sedikit memikirkan ini (menunjuk pada Alkitabnya) dan sama sekali tidak memikirkan itu (menunjuk ke matahari terbenam).”
Jenny Lind merawat jiwanya. Dia menyadari bahwa ada jauh lebih banyak dalam hidup daripada karier, kekayaan, dan ketenaran. Seseorang dapat dekat dengan TUHAN tanpa membangun menara raksasa ke langit.
Kita juga perlu merawat jiwa kita dengan hidup di luar kotak. Kita tidak akan pernah diuji selama kita tetap berada dalam zona nyaman kita.
Walt Disney
Seorang pemuda mencoba mencari nafkah di kota kelahirannya, Kansas City. Dia berusaha berhasil sebagai ilustrator. Dia mendekati setiap surat kabar dan majalah di kota untuk mencoba menjual kartunnya. Tetapi setiap editor menolaknya, mengatakan kepadanya bahwa dia seharusnya mengejar jenis pekerjaan lain.
Suatu hari seorang pendeta mempekerjakannya paruh waktu untuk membuat materi promosi gerejanya. Dia mulai bekerja dari sebuah gudang kecil di belakang gereja, membuat gambar dan secara acak menggambar objek apa pun yang menarik perhatiannya.
Salah satu objek yang dia gambar adalah seekor tikus yang berlarian di dekat gudang. Pada akhirnya, gambar tikus itu membawa si pemuda untuk menciptakan salah satu karakter kartun paling terkenal di dunia. Pemuda itu adalah Walt Disney yang menciptakan “Mickey Mouse.”
Jiwa kita dapat diubah ketika kita bersedia hidup di luar kotak dan pergi ke tempat yang belum pernah kita kunjungi sebelumnya. TUHAN ingin umat-Nya terserak ke seluruh bumi. “Pergilah,” kata-Nya kepada Abram.. Seluruh dunia membutuhkan iman. TUHAN tidak menginginkan kita menggali dan membangun tembok di sekitar hidup kita. TUHAN menginginkan kita terus bergerak.
Mengapa TUHAN mengacaukan bahasa para pembangun menara? Karena mereka perlu berkomunikasi dengan orang yang tidak mereka kenal. Mereka perlu belajar berbicara dalam semua bahasa alam semesta, terutama bahasa cinta, bahasa pertumbuhan, dan bahasa iman.
Tuhan memberkati kita semua.
Saksikan di Youtube!