Markus 3:20-35
Yesus dianggap sinting oleh keluarganya. Pelayanan Yesus yang penuh kuasa ternyata tidak berjalan dengan mulus. Ia ditentang oleh para pemuka agama Yahudi. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi setiap hari berusaha mencari kesalahannya.
Ahli-ahli Taurat bahkan datang jauh-jauh dari Yerusalem ke Galilea untuk menyelidiki pengajaran Yesus. Mereka menuduhnya kerasukan penghulu setan. Para pemuka agama ini tidak mengakui pelayanan Yesus sebagai pelayanan yang disertai kuasa Allah. Yesus sama sekali tidak terusik oleh penilaian para pemuka agama. Dengan mudah Ia dapat mematahkan semua dalil mereka, karena Yesus memberitakan kebenaran.
Akan tetapi, tantangan bagi Yesus bukan hanya datang dari para pemuka agama. Keluarga biologisnya pun menentangnya. Mereka menganggap Yesus sudah tidak waras lagi dan hendak membawanya pulang.
Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi. (3:21)
Lihat apa respon Yesus ketika ibu dan saudara-saudaranya hendak menjemputnya. Ia menolak menemui mereka.
Jawab Yesus kepada mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” (3:33-35 ).
Yesus menjalankan hidupnya dengan fokus pada panggilannya. Ia tidak terpengaruh oleh puja-puji orang kepadanya. Meski Yesus dianggap sinting oleh keluarganya, ia tidak terpengaruh oleh penentangan dan penolakan, seperti itu. Kita perlu meneladani sikap Yesus ini.
Khotbah selengkapnya di sini